Jumat, 29 November 2013

Kunci-Kunci Keberhasilan

      Setiap manusia ingin berhasil dalam kehidupannya, memiliki kesejahteraan dan kemakmuran hidup, murah rezekinya dan bahagia hidupnya. Seringkali dua orang yang berbeda yang sama-sama memiliki predikat sarjana atau sama-sama pebisnis, namun dalam kehidupan selanjutnya, yang satu berhasil dan yang lainnya tidak mengalami perubahan sama sekali. Mengapa hal tersebut terjadi?Apakah kita harus menyerah terhadap nasib dan takdir? Jawabannya tentu saja tidak, karena menurut para ulama takdir itu terbagi menjadi dua, yaitu: yang bersifat mubram (tetap/tidak berubah) dan yang bersifat mu'allaq (bisa berubah). Dalam Alquran Allah SWT berfirman:


"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka"

        Dalam ayat Al Quran di atas, sudah jelas disebutkan bahwa jika seseorang ingin mencapai keberhasilan atau mengalami perubahan dalam hidupnya maka orang tersebut harus berusaha. Usaha yang dilakukan seseorang bisa berupa usaha/ikhtiar lahir dan usaha/ikhtiar batin. Contoh usaha lahir seperti kerja keras, belajar, giat mencari peluang kesempatan, giat mencari relasi dan sebagainya. Adapun usaha secara batin seperti berdoa, shalat, berpikir optimis, berprasangka baik, dan semua hal yang bersifat kejiwaan dan pemikiran. Sesungguhnya pintu rezeki itu ibarat kran air, jika seseorang mampu membuka kran tersebut maka air akan mengalir. Begitu juga rezeki, ada cara-cara tertentu agar kran rezeki terbuka dan mengalirlah rezeki dalam kehidupan kita. Adapun cara-cara membuka kran rezeki diantaranya:

1.   Tobat dan Istigfar
      Tobat dan istigfar berarti meminta ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa yang pernah kita                 lakukan, dan bertekad untuk memperbaiki diri dan tidak akan mengulangi kesalahan dan dosa.                     Sesungguhnya kesalahan dan dosa akan menjauhkan kita dari pertolongan Allah SWT, hidup menjadi           tidak berkah dan tidak berdaya guna serta dapat membuat rusak lingkungan. Adapun tobat dan istigfar         akan membebaskan kita dari segala kedukaan, melapangkan dari berbagai kesempitan, diberi rezeki             oleh Allah dari jalan yang tidak disangka-sangka. Imam Ibnu Katsir - mengutip hadist qudsi marfu'. Rasul       bersabda: "Allah berfirman: Demi Kemuliaan-Ku, kebesaran-Ku dan ketinggian-Ku di atas 'Arsy,                 tidaklah suatu negeri dan penghuninya berada dalam kemaksiatan kepada-Ku yang aku benci,                       kemudian  mereka berupaya mengubah keadaan tersebut menjadi ketaatan kepada-Ku yang Aku cinta,         melainkan Aku akan mengubah bagi mereka siksa-Ku yang mereka benci menjadi rahmat-Ku yang               mereka sukai." (Dari penuturan Ali bin Abi Thalib k.w., sebagaimana diriwayatkan dari al-Hafizh                   Muhammad bin Utsman).

2.   Bertakwa kepada Allah SWT
      Takwa memiliki makna menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah SWT dengan jalan               melaksanakan perintah-perintah-Nya, taat kepada-Nya, menjauhi larangan serta perbuatan maksiat.             Adapun ciri-ciri orang yang bertakwa dalam Q.S Ali Imran ayat 134 diantaranya: menafkahkan hartanya       baik di waktu lapang maupun sempit, mampu menahan amaran dan bersabar (sabar ketika serba                   kekuarangan dalam hal rezeki, ketika menghadapi musibah, dan ketika menegakkan suatu kebenaran)          mampu memaafkan kesalahan orang lain baik diminta maupun tidak, senantiasa ingat kepada Allah SWT.
     Adapun keberuntungan yang akan didapat dari orang bertakwa adalah: datangnya berbagai keberkahan        hidup, mendapatkan jalan keluar dari segala permasalahan dan memudahkan segala urusannya, serta              dilimpahkan rezeki dari tempatnya/jurusan yang tidak terduga.

 3.  Menegakkan Sholat
 4.  Menciptakan Keluarga harmonis
 5.  Menghargai Waktu dengan melakukan hal yang bermanfaat
 6.  Selalu Tersenyum
 7.  Berbakti kepada Orang Tua
 8.  Berpegang Teguh pada Cita-Cita 
 9.  Selalu Berbuat Yang Terbaik
10. Keyakinan adalah Keajaiban
11. Jauhi Rasa Iri dan Dengki
12. Selalu Optimis
13. Menjaga Kesehatan
14. Berbaik Sangka
15. Kasih Sayang terhadap manusia
16. Bersedekah
17. Bersyukur
18. Silaturahmi, Persaudaraan dan Persahabatan
19. Kerja Keras

      
      

Sabtu, 23 November 2013

Tobat, Istighfar dan Pikiran Positif



Waktu terus berlalu, tak terasa sudah beberapa bulan aku sudah
menjalani hidup berumah tangga. Kegiatanku sekarang hanya mengurus suami dan pekerjaan rumah. Suatu hal yang menyenangkan dan harusnya disyukuri walaupun kami belum dianugerahi momongan. Namun ternyata hidup berumah tangga itu tidak semudah yang kita bayangkan seperti ketika awal kita mau menikah. Kita harus menyatukan dua pikiran yang berbeda dan saling memahami. Untuk masalah ini mungkin aku tidak akan membahas terlalu banyak. Aku hanya akan membahas tentang kegiatanku di rumah. Seperti yang tadi telah kuceritakan sebelumnya, kegiatanku sekarang hanya jadi IRT..menunggu suami pulang, memasak, merapikan rumah, dan lain-lain. Memang, ketika ada suami di rumah aku merasa terhibur..tapi ketika suami kerja ...rasa bosan kadang menyelimuti hatiku sepertinya tidak ada kegiatan yang berarti...pernah aku melamar pekerjaan kebeberapa tempat...tapi belum ada satupun yang menerima aku. Terkadang bermunculan pikiran negatif di benakku dengan keadaanku sekarang ini...tapi setelah aku pikir-pikir kita tidak boleh berfikir negatif kepada Allah SWT..selalu berfikir positif karena dibalik semua kejadian itu pasti ada hikmahnya...begitulah wejangan yang sering kudengar dari para ustadz....

Daripada bengong menunggu suami pulang, iseng-iseng aku buka dan baca-baca buku...ada buku yang menarik yang sebagian aku kutip dari buku itu. Siapa tahu membuat aku jadi termotivasi setelah membacanya, pikirku dlam hati. Kali ini aku akan tuliskan sepenggal kisah pengalaman dari Dr. Norman V Peale dalam bukunya "Hasil mengagumkan dari Cara Hidup dan Berfikir Positif"

"Pada suatu malam ketika saya mengakhiri ceramah saya dengan jamuan makan malam di aula hotel. Seorang laki-laki maju ke depan dan menantang saya dengan berkata,
'Saya telah membaca buku Anda. Saya telah mencobanya, tapi sedikitpun tidak berhasil.'
'Mengapa tidak berhasil?'tanyaku padanya
'Justru itulah yang ingin saya ketahui!'gerutunya.
Karena masih punya waktu lebih, sambil menunggu terlambatnya keberangkatan pesawat pulang, saya mengundang dia berbincang sebentar di kamar hotelku menginap.
'Saya tidak bermaksud bersikap kurang sopan,'katanya ketika kami mulai duduk ngobrol,'tetapi saya ingin mencari tahu apa sebabnya yang tidak beres itu. Saya seolah-olah kehilangan pegangan sama sekali. Saya merasa gugup dan semangatku diliputi ketegangan. Saya mempunyai isteri dan keluarga sejahtera, perusahaan yang berjalan lancar, rumah yang besar dan bagus, dan selalu pergi mengunjungi rumah ibadah. Anda pikir saya adalah orang yang berbahagia, tetapi...'lalu ia meneruskan kisahnya, dari suatu kesulitan kepada kemelut yang lainnya; dan cara berfikir positif, katanya, sedikitpun tidak bisa menolongnya.
Setelah berbincang-bincang sebentar, saya sengaja mengajukan pertanyaan kepadanya,'Apakah Anda telah melakukan sesuatu hal yang tidak beres?'
'Ada, tetapi itu kuanggap tidak penting.'
'Apa?'tanyaku mendesak.
'Ah, tidak ada alasan untuk menyebutnya. Saya telah melakukan sesuatu yang sama sekali tak ada kaitannya dengan kesulitan-kesulitan saya. Saya hanya berbuat sesuatu yang juga dilakukan oleh setiap orang.'
'Apa yang dilakukan setiap orang itu?'tanyaku lagi.
'Ah,' ia mencoba mengelak, 'hanya sekedar suatu kisah cinta seorang wanita di kota Milwaukee.'
'Sekedar bagaimana?'tanyaku.
Ia ragu-ragu.'mungkin juga tidak begitu kecil seperti anggapan diri saya.'
'Kalau begitu ada baiknya kita persoalkan bersama hal ini. Letak persoalannya adalah bahwa Anda tahu bahwa Anda sedang melakukan sesuatu yang keliru, sesuatu yang bisa memalukan Anda, sesuatu yang besar sekali kemungkinannya merupakan sebab terhalangnya cara berfikir positif itu bekerja pada Anda.'
'Ya, tetapi lalu bagaimana?'tanyanya mempertahankan diri.
'Karena rasa salah itu bisa merupakan suatu sumbat penghalang bagi perkembangan kepribadian Anda,'saya melanjutkan, ia memancarkan rasa takut dan kebimbangan. Ia membatasi tenaga yang mau memberi kekuatan untuk jalannya pikiran yang  sehat. Cara berfikir yang konstruktif lalu menjadi sulit.Juga terdapat faktor mekanis menghukum diri sendiri. Ini harus kita perhitungkan pula. Bila Anda melakukan sesuatu yang salah, Anda ingin menghukum diri Anda agar beroleh perasaan bebas dari ntekanan batin. Jadi, pada halkikatnya, Anda berusaha menggagalkan diri Anda sendiri sebenarnya, sekalipun ini kedengarannya agak janggal. Tentu saja semuanya ini menghalangi perasaan dan pikiran positif yang Anda miliki. Ada kemungkinan segala kesulitan dan kemelut Anda bertitik pangkal dari noda hitam dalam hidup Anda itu.'
'Lalu apa yang harus aku perbuat?' tanyanya. Maka ia meneruskan. 'Apakah jawabannya kira-kira saya harus menghentikannya dan beroleh keampuanan daripada-Nya?Apakah kira-kira begitu?'
'Ya, tepat sekali!' saya mengangguk menyetujuinya. 'Engkau harus memaafkan diri sendiri dulu. Bersediakah Anda memulainya sekarang juga?'Ia mengangguk. Saya dapat melihat bahwa ia memang bersungguh-sungguh, lalu kami pun berdoa.. Saya mempersilakan dia berdoa keras-keras karena ia memang harus banyak membebaskan beban dirinya. Dan oleh karena ia bersungguh-sungguh dalam keinginannya memperoleh perubahan, Tuhan menganugerahkan kepadanya kekuatan jiwa. Maka barulah cara berfikir positif bekerja atas dirinya. Ia tidak lagi memikirkan wanita di Milwaukee itu. Lenyap segala rasa salah dan pertentangan batin yang berkecamuk dalam dadanya. Oleh karena batinnya bersih, ia merasa lega dan lowong baginya untuk menerapkan prinsip cara berpikir positif dengan hasil yamng efektif. Biasanya perubahan semacam ini tidak berlangsung sekaligus, tetapi pasti terjadi. Dan, tentu saja itulah yang terpenting. Salah satu fakta terbesar dalam hidup kita di dunia ini ialah bila seseorang berubah, betul-betul berubah menurut jalan yang diridhai Allah, maka segala sesuatu pasti berubah."


Wah.... ternyata tak terasa aku sudah selesai membaca kisah ini, memang terasa menohok ke dalam hati...namun...kisah ini bisa menjadi renungan untuk kita...mungkin cerita kita tak sama dengan cerita di atas...namun setidaknya kita mampu berfikir..mungkin setiap kegagalan-kegagalan yang pernah kita alami dalam hidup karena ada kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat  (termasuk aku.red). Sehingga aku pribadi tak harus menyalahkan keadaan..kenapa aku tak memiliki kegiatan di luar rumah (kerja...he..he...itu juga kalau suami mengizinkan), belum dianugerahi amanah untuk memiliki momongan, dan lain-lain. Sebagai seorang muslim, kita diajak untuk senantiasa mengarahkan perhatian kita pada hal-hal yang positif, membersihkan diri dari dari kesalahan-kesalahan, dosa, dan beban batin, kemudian lupakanlah semuanya dan maju terus. 
Sebagai penutup dari tulisan ini, aku mau menuliskan sebuah doa (doa Nabi Musa As) ketika kita merasa diliputi kesusahan tidak ada lagi jalan keluar dari permasalahan kita...semoga Allah memberi pertolongan kepada kita semua aamiin...
" Allahumma lakalhamdu, wa ilaikalmustaka, wa 'antalmusta'aan, Wa laa haula wa laa kuwwata illa billahil 'aliyyil 'adzhiim"
 Artinya: Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Hanya kepada-Mu ya Allah.. kami berkeluh kesah, Engkaulah tempat meminta pertolongan, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung"

Selain itu perbanyak istighfar seperti yang disebutkan dalam hadist Nabi SAW "  Siapa yang banyak beristighfar, Allah akan membebaskan dari berbagai kedukaan, akan melapangkannya dari berbagai kesempitan hidup, dan memberi curahan rezeki dari berbagai arah yang tidak diperkirakan sebelumnya." (HR Ahmad)

...................................................................................................................................................................